YELLOW DAFFODIL
Gray was the morn, all things were gray, T’was winter more than spring; A bleak east wind swept o’er the land, and sobered everything.
Gray was the sky, the fields were gray, The hills, the woods, the trees – Distance and foreground – all the scene Was gray in the gray breeze.
Gray cushions, and a gray skin rug, A dark gray wicker tray, Gray were the ladies’ hats and cloaks, And gray my coat and cap.
A narrow, lonely, gray old lane; and lo, on a gray gate, Just by the side of a gray wood, A sooty sweep there sat!
With grimy chin ‘twixt grimy hands He sat and whistled shrill; And in his sooty cap he wore A yellow daffodil.
And often when the days are dull, I seem to see him still – The jaunty air, the sooty face – And the yellow daffodil.
BAKUNG KUNING
pagi nan kelabu, semuanya abu-abu, serupa musim dingin daripada musim semi; angin timur mencekam menyapu hamparan, dan segalanya menenang.
langit kelabu, tanah lapang abu-abu, bebukitan, hutan-hutan, pepohonan – nun jauh menghampar – segala pemandangan mengelabu disepoi angin abu-abu.
bebantal kelabu, permadani abu-abu, talam kayu abu-abu tua, para nyonya bertopi dan berjubah abu-abu, mantel dan topiku kelabu pula.
setapak sempit, sepi, kelabu; dan sesungguhnya, di gerbang abu-abu, di sisi pohon nan kelabu, menyelimut suasana kelabu.
dagu kotor tertopang tangan kotor dia duduk lantas bersiul nyaring; dan pada topi hitamnya menyembul sebuah bakung kuning.
dan seringkali ketika hari memudar aku melihat dia, seperti yang dahulu – beraura ceria, berwajah kelam – dengan bakung kuning. |
Boro-boro mengalih bahasakan, ngertipun tidak aku :((Salut buat Fatah!
*saluut…ndak gampang sama sekali nerjemahin puisi :))
#Cek Yan: Makasih… Ini terjemahan yang kaku dan perlu banyak belajar lagi 🙂 #Mbak Nita: *blushing* Mungkin memang nggak gampang, saya menerjemahkan ini pun dengan menggampangkan. Hehehe…Makasih, Penerjemah Senior 🙂
ndak mudeng, hehe
Bebantal, hehehe…pilihan kata khas Fatah unik juga. Sedikit masukan, ‘sebuah bakung kuning’ lebih indah bila jadi ‘setangkai bakung kuning’, Tah.
#Mbak Tutuq: sebuah puisi buram, tapi asyik untuk diselami :)) lezatnya puisi karena kita bisa sepuas-puasnya mengeksplorasi teka-teki :))#Teh Rini: Saya, entah kenapa bisa mencomot kata ini. Eniwei, hatur nuhun buat masukannya. Tanya, setangkai, sebuah, sebiji, seorang… Nah, kata-kata itu disebut apa ya dalam bahasa Indonesia??? *berpikir keras*
Tadi kucek di kateglo, nomina, Tah.
Sippp!Terima kasih, sekali lagi 🙂
Sama-sama:)
belum bisa menikmati puisi, kecuali puisi jenaka. Tapi bener lho, menerjemahkan puisi kan berarti bermain kata-kata dan sepertinya sulit, tapi bang Fatah bisa. salut euy.
Merci, Aji.Saya kebetulan penikmat puisi, sejak SD.Kalau untuk menerjemahkan puisi, ini pertama kalinya. Hehhe…