[Belajar Menerjemahkan] Bakung Kuning

Lama abai pada kompetisi ini, saya di’ketuk’ oleh Teh Rini melalui jurnalnya di sana.

Saya pun segera menyelinap ke bahtera.org dan membongkar naskah saya sembari membaca sepintas peserta lain.

Senang.
Bisa belajar menerjemahkan lewat lomba ini. Bersaing dengan para senior :))

——————————————————————————————————-
YELLOW DAFFODIL

Gray was the morn, all things were gray,
T’was winter more than spring;
A bleak east wind swept o’er the land,
and sobered everything.

Gray was the sky, the fields were gray,
The hills, the woods, the trees –
Distance and foreground – all the scene
Was gray in the gray breeze.

Gray cushions, and a gray skin rug,
A dark gray wicker tray,
Gray were the ladies’ hats and cloaks,
And gray my coat and cap.

A narrow, lonely, gray old lane;
and lo, on a gray gate,
Just by the side of a gray wood,
A sooty sweep there sat!

With grimy chin ‘twixt grimy hands
He sat and whistled shrill;
And in his sooty cap he wore
A yellow daffodil.

And often when the days are dull,
I seem to see him still –
The jaunty air, the sooty face –
And the yellow daffodil.

BAKUNG KUNING

pagi nan kelabu, semuanya abu-abu,
serupa musim dingin daripada musim semi;
angin timur mencekam menyapu hamparan,
dan segalanya menenang.

langit kelabu, tanah lapang abu-abu,
bebukitan, hutan-hutan, pepohonan –
nun jauh menghampar – segala pemandangan
mengelabu disepoi angin abu-abu.

bebantal kelabu, permadani abu-abu,
talam kayu abu-abu tua,
para nyonya bertopi dan berjubah abu-abu,
mantel dan topiku kelabu pula.

setapak sempit, sepi, kelabu;
dan sesungguhnya, di gerbang abu-abu,
di sisi pohon nan kelabu,
menyelimut suasana kelabu.

dagu kotor tertopang tangan kotor
dia duduk lantas bersiul nyaring;
dan pada topi hitamnya
menyembul sebuah bakung kuning.

dan seringkali ketika hari memudar
aku melihat dia, seperti yang dahulu –
beraura ceria, berwajah kelam –
dengan bakung kuning.

11 thoughts on “[Belajar Menerjemahkan] Bakung Kuning

  1. #Cek Yan: Makasih… Ini terjemahan yang kaku dan perlu banyak belajar lagi 🙂 #Mbak Nita: *blushing* Mungkin memang nggak gampang, saya menerjemahkan ini pun dengan menggampangkan. Hehehe…Makasih, Penerjemah Senior 🙂

  2. Bebantal, hehehe…pilihan kata khas Fatah unik juga. Sedikit masukan, ‘sebuah bakung kuning’ lebih indah bila jadi ‘setangkai bakung kuning’, Tah.

  3. #Mbak Tutuq: sebuah puisi buram, tapi asyik untuk diselami :)) lezatnya puisi karena kita bisa sepuas-puasnya mengeksplorasi teka-teki :))#Teh Rini: Saya, entah kenapa bisa mencomot kata ini. Eniwei, hatur nuhun buat masukannya. Tanya, setangkai, sebuah, sebiji, seorang… Nah, kata-kata itu disebut apa ya dalam bahasa Indonesia??? *berpikir keras*

  4. belum bisa menikmati puisi, kecuali puisi jenaka. Tapi bener lho, menerjemahkan puisi kan berarti bermain kata-kata dan sepertinya sulit, tapi bang Fatah bisa. salut euy.

Tinggalkan Balasan ke nitacandra Batalkan balasan