[TL] Riset

Andrea Hirata tidak akan mampu menyihir pembacanya lewat Laskar Pelangi jika hanya mengangkat lokalitas Belitong semata. Ia terlihat mencolok karena catatan-catatan kaki dalam novelnya yang mereferensikan spesies tertentu. Istilah-istilah ilmiah dan biologi pun berkelit-kelindan di antara jalinan kisahnya yang humanis dan segar oleh humor cerdas. Apa yang membuat Laskar Pelangi kaya dari segi konten? Kalau bukan riset, apalagi?

Riset penting sekali dalam tulisan. Tidak hanya menjadikan tulisan non-fiksi lebih kaya dan meyakinkan, tapi juga membuat tulisan fiksi jadi makin hidup. Para penulis yang pernah saya temui langsung dalam acara talk show pun menyatakan demikian. Sinta Yudisia mampu mengundang decak kagum lewat The Road to The Empire-nya karena setting Mongolia bisa dia shoot dengan baik. Novel Existere-nya yang berlatar lokalisasi terbesar di Indonesia, Dolly – Surabaya, pun digali melalui observasi dan wawancara serius. Ida Ahdiah, wartawan yang juga penulis Teman Empat Musim, mampu menuangkan cerita yang berwarna dan ‘hidup’ lewat obrolan dan pengamatan dengan para perempuan imigran selama tinggal di Montreal, Kanada. Demikian pula dengan Lian Gouw yang perlu waktu empat tahun hanya untuk menyelesaikan Only A Girl: Menantang Phoenix. Hingga, untuk memperkaya novelnya ini, ia perlu membentangkan 4 kamus bahasa di meja kerjanya. Kamus bahasa Indonesia asli, Indonesia – Inggris, Belanda – Inggris, dan Indonesia – Belanda. Mengenai obrolan dengan Lian Gouw bisa dicek di sini.

Nah, untuk menulis TL ini juga, saya melakukan initial research atau riset awal. Masih di Surabaya, saya menjelajah informasi tentang pariwisata di Lombok. ‘Tumpukan’ informasi itu membuat saya blank. Harus saya apakan? Oh ya, bikin grand plan. Oret-oretan kasar. Pilah mana informasi yang penting, mana yang tidak. Merancang ini itu.

Sambil bikin rancangan awal, saya ditemani oleh buku Rp 3 Jutaan Keliling India dalam 8 Hari yang ditulis oleh Rini Raharjanti. Sengaja saya beli untuk mempelajari konsep, gaya menulis, sembari berangan-angan saya bisa keliling India Beberapa waktu kemudian, saya beruntung memenangkan kuis buku Rp 2 Jutaan Keliling Vietnam dalam 15 Hari yang diadakan oleh penerbit bersangkutan. Bisa jadi bahan riset yang berharga nih!

Riset saya tak berhenti di situ. Sebab, semakin lama saya menenggelamkan diri dalam kubangan informasi tentang Lombok, semakin terbukti bahwa saya sendiri tidak mengenal daerah sendiri dengan baik. Mungkin akan lebih nyata dan mudah kalau saya terjun langsung, pikir saya waktu itu.

Dan, semuanya seperti sudah diatur. Enam junior saya di kampus bertandang ke rumah, tiga hari setelah saya sampai di Lombok. Mereka berlibur selama enam hari. Kesempatan menemani mereka itulah saya manfaatkan untuk observasi awal secara langsung. Tabloid wisata di Gili Trawangan saya minta untuk bawa pulang. Harga tiket dan tetek-bengek lainnya saya rekam dan catat.

Selama magang pun, saya selalu sempatkan diri berselancar untuk mengecek penginapan murah, mengunjungi Dinas Pariwisata NTB untuk meminta informasi dan brosur, buka-buka buku wisata di perpustakaan kantor, dan paling afdol dengan bertanya-tanya langsung pada saudara dan orang yang berkompeten, termasuk teman-teman wartawan yang notabene adalah ‘bank’ informasi yang bisa diandalkan.

Sebab, TL memang dirancang sebagai buku yang gembur akan info-info, so research is a must!

7 thoughts on “[TL] Riset

  1. topenkkeren said: riset dimana-mana emang penting. skripsi aja pake riset. *mulai gak penting

    Saya memang dibayang-bayangi sama skripsi waktu nulis jurnal ini. Hahaha…Upsss… Astaga, jadi inget belum bikin BAB I πŸ˜€

  2. mylathief said: wah, ini tentang rencana bukumu, ya, tah? sip!

    Betul, Mas Iqbal.Tiap yang pake [TL] menjurus pada behind the scene calon buku saya…:)Matur nuwun sanget, Mas πŸ™‚

  3. Ya, saya kira cara Fauzi lebih efektif dan efisien. Jadi, tidak buang2 waktu dan tenaga. Karena bakal ada data-data yang dibuang aka direduksi. Dan, inilah kesalahan saya. Heheh…Thanks bro atas sharing-nya πŸ™‚

Sila Urun Tutur