Jika Kiamat Tiba, Bagaimana Nasib Tulisan-tulisan Saya?

Saya terkadang merenung. Saya suka menulis. Bila perlu, saya akan menuliskan setiap detak kegiatan saya. Bahkan, saya merasa ‘ada’, karena saya menulis. Teman-teman kuliah yang mungkin pas awal-awal semester melihat saya sebelah mata, akhirnya bisa saya ‘buka’ mata mereka dengan kegiatan menulis saya ini. Sungguh, saya diuntungkan oleh kegemaran saya ini.

Lama-kelamaan, saya dikenal oleh sebagian besar teman sebagai orang yang lebih suka menulis, daripada ngoceh nggak jelas. Jadi, menulis saya lakukan agar bisa eksis? Agar dipandang ‘ada’ oleh orang lain? Begitu???

Saya pun dihadapkan pada sebuah hal yang sulit. Saya merasa agak pongah dengan kegiatan saya ini. Jika ada tulisan menarik yang saya buat sendiri, saya pun berpromosi pada teman-teman. Ngetag teman di FB. Mengirim notifikasi via email agar teman-teman membaca tulisan saya. Jika ada yang berkomentar, saya pun seperti melayang ke awang. Apalagi jika komentarnya banyak, saya makin puas. Berulang kali saya akan membaca tulisan saya tersebut. SAYA BANGGA!!!

Lalu, sempat terbersit di pikiran saya. Gimana ya kalau server blog saya ini dihancurkan? Entah karena peristiwa pengeboman ataukah adanya sebuah bencana yang mahadahsyat? Server hancur, otomatis tulisan-tulisan saya di blog ini akan hilang juga. Lalu, akan saya ke manakan rasa bangga saya terhadap tulisan-tulisan saya tersebut???

Dan, gimana kalau bukan sekadar pengeboman atau semacam bencana, tapi lebih dahsyat lagi, yakni KIAMAT… Bagaimana nasib tulisan-tulisan saya?

Saya pun teringat pada salah seorang penyair asal Sumbawa, Dinullah Rayes. Saya pernah membaca di sebuah harian lokal di Lombok kalau rumah sang penyair terbakar. Karya-karyanya berupa naskah puisi, tertelan api. Buku-buku yang selama ini jadi penemannya, juga habis terlahap api. Dokumen-dokumen sastra dan dokumen perjalanan hidupnya juga ikut musnah. Lalu???

Seperti itulah yang saya maksudkan.

Jika kiamat tiba, bagaimana nasib tulisan-tulisan saya???

Ah, sangat tidak pantas saya bersombong diri.

32 thoughts on “Jika Kiamat Tiba, Bagaimana Nasib Tulisan-tulisan Saya?

  1. kalo kiamat, semoga tulisannya Fatah sudah berubah menjadi beribu-ribu tangkai dan biji kebaikan yang akan menemani di akhirat nanti 🙂

  2. Tulisan kita memang sebuah ‘harta’ Tah, so ga ada salahnya membackup tulisan-tulisan itu ke CD atau flashdisk khusus.Kalo kiamat? naah … itu sih no comment 🙂

  3. lovusa said: kalo kiamat, semoga tulisannya Fatah sudah berubah menjadi beribu-ribu tangkai dan biji kebaikan yang akan menemani di akhirat nanti 🙂

    Amiiin…Hanya berharap demikian, tak lebih… 🙂

  4. katerinas said: setelah membaca tulisan yg ini, mendadak langsung ingin meng-copy semua tulisan mas Fatah…ntar beneran keburu di bom :))

    hehehehe…yang lain juga siap-siap di-back up ya?mumpung kiamat belum datang.nanti, kasih ke malaikat untuk dinilai 🙂

  5. iwok said: Tulisan kita memang sebuah ‘harta’ Tah, so ga ada salahnya membackup tulisan-tulisan itu ke CD atau flashdisk khusus.Kalo kiamat? naah … itu sih no comment 🙂

    Semoga bukan sekadar harta fisik semata ya, Kang…Semoga menjadi ladang pahala…hehehe…Mantabs! Mari menulis kembali 😉

  6. masfathin said: Jangankan soal Kiamat Tah, andai ada sesuatu yang buruk terjadi pada MP ini… ntahlah apa yang terjadi di Aku.

    We never know…what will happen then…Just do what we think the best!:)

  7. Jadi ingat Pramoedya yg merasa kecewa ketika karya2nya dibakar tak bersisa. Tapi, kalau kiamat mudah2an jadi salah satu kebajikan yang akan diperhitungkan kelak.

  8. ayo kita bukukan..btw, ngomong2 mbah Dinullah Rayes, saya pernah mendramatisasi puisinya waktu launching…kw kenal Agus Irawan Syahmi juga tah? penyair asal sumbawa?yag terkenal dengan buku kumpulan puisi Nyanyian rembulan.. mantab puisinya.

  9. pondokkata said: Jadi ingat Pramoedya yg merasa kecewa ketika karya2nya dibakar tak bersisa. Tapi, kalau kiamat mudah2an jadi salah satu kebajikan yang akan diperhitungkan kelak.

    Pramoedya, salah satu penulis yang membuat saya penasaran amat dengan karya-karyanya.Belum satu pun karyanya yang saya baca dengan serius…Pengen menyelami tetraloginya.Semangat menulisnya, sungguh :))

  10. tarunapukat said: ayo kita bukukan..btw, ngomong2 mbah Dinullah Rayes, saya pernah mendramatisasi puisinya waktu launching…kw kenal Agus Irawan Syahmi juga tah? penyair asal sumbawa?yag terkenal dengan buku kumpulan puisi Nyanyian rembulan.. mantab puisinya.

    Hebat kau, kawan!Saya hanya pernah membaca buku puisi Mbah Dinullah Rayes saja.Relijiusnya kental… I like it.Mengenai Mas Agus, saya belum pernah dengar… Bolehlah kau pinjamkan saya bukunya kapan2 🙂

  11. lafatah said: Saya terkadang merenung. Saya suka menulis. Bila perlu, saya akan menuliskan setiap detak kegiatan saya. Bahkan, saya merasa ‘ada’, karena saya menulis. Teman-teman kuliah yang mungkin pas awal-awal semester melihat saya sebelah mata, akhirnya bisa saya ‘buka’ mata mereka dengan kegiatan menulis saya ini. Sungguh, saya diuntungkan oleh kegemaran saya ini.Lama-kelamaan, saya dikenal oleh sebagian besar teman sebagai orang yang lebih suka menulis, daripada ngoceh nggak jelas. Jadi, menulis saya lakukan agar bisa eksis? Agar dipandang ‘ada’ oleh orang lain? Begitu???Saya pun dihadapkan pada sebuah hal yang sulit. Saya merasa agak pongah dengan kegiatan saya ini. Jika ada tulisan menarik yang saya buat sendiri, saya pun berpromosi pada teman-teman. Ngetag teman di FB. Mengirim notifikasi via email agar teman-teman membaca tulisan saya. Jika ada yang berkomentar, saya pun seperti melayang ke awang. Apalagi jika komentarnya banyak, saya makin puas. Berulang kali saya akan membaca tulisan saya tersebut. SAYA BANGGA!!!Lalu, sempat terbersit di pikiran saya. Gimana ya kalau server blog saya ini dihancurkan? Entah karena peristiwa pengeboman ataukah adanya sebuah bencana yang mahadahsyat? Server hancur, otomatis tulisan-tulisan saya di blog ini akan hilang juga. Lalu, akan saya ke manakan rasa bangga saya terhadap tulisan-tulisan saya tersebut???Dan, gimana kalau bukan sekadar pengeboman atau semacam bencana, tapi lebih dahsyat lagi, yakni KIAMAT… Bagaimana nasib tulisan-tulisan saya? Saya pun teringat pada salah seorang penyair asal Sumbawa, Dinullah Rayes. Saya pernah membaca di sebuah harian lokal di Lombok kalau rumah sang penyair terbakar. Karya-karyanya berupa naskah puisi, tertelan api. Buku-buku yang selama ini jadi penemannya, juga habis terlahap api. Dokumen-dokumen sastra dan dokumen perjalanan hidupnya juga ikut musnah. Lalu???Seperti itulah yang saya maksudkan.Jika kiamat tiba, bagaimana nasib tulisan-tulisan saya???Ah, sangat tidak pantas saya bersombong diri.

    bumi manusia keren abis bro!

  12. lafatah said: Jika kiamat tiba, bagaimana nasib tulisan-tulisan saya???

    tulisan2 itu akan membantu mas fatah, memberikan stitik cahaya krn dahulunya, tulisan2 itu jg menjadi cahaya bg yg membacanya. semoga begitu ya mas???

  13. mas Lalu ih ngeri ah tema jurnalnya. Kalo aku sejakdulu aku buat dulu di word dan otomatis tersimpan di komputer, baru di copy di jurnal, atau di copy juga di blog lain, jadi kalo satu akun bermasalah ada cadangan. Atau cara yg jitu, dibukuin, dan bukunya di tarok di perpus nasional atau daerah, nahm kan ada tuh sepanjang masa. Hmm ngomong2 buku ku ada gk y di perpus hihihi

  14. Rasa bangga itu naluri,jgan dl qt bahas perkara smbng ato sok lah.sedikit sj kita di puji teman kita akan salting,jgn bhg kalo ada kbanggaan.itu yg sy maksud naluri.tapi ketika mas sadar saat itu pula anda sebenarnya tidak sombong.terus menulis pasti ada gunanya

  15. adearin said: tulisan2 itu akan membantu mas fatah, memberikan stitik cahaya krn dahulunya, tulisan2 itu jg menjadi cahaya bg yg membacanya. semoga begitu ya mas???

    i do hope so…amiiin…:)

  16. sikrit said: mas Lalu ih ngeri ah tema jurnalnya. Kalo aku sejakdulu aku buat dulu di word dan otomatis tersimpan di komputer, baru di copy di jurnal, atau di copy juga di blog lain, jadi kalo satu akun bermasalah ada cadangan. Atau cara yg jitu, dibukuin, dan bukunya di tarok di perpus nasional atau daerah, nahm kan ada tuh sepanjang masa. Hmm ngomong2 buku ku ada gk y di perpus hihihi

    hehhehe… tapi, masalahnya, ntar kalo udah kiamat, hancur juga kan perpus, hancur juga dong buku-buku kita.andai di akhirat nanti masih bisa nulis ya?nulis, kemudian kita ceritakan pada next session of apalahnamanya…*duh, dilarang mendahului Tuhan*

  17. faysal77 said: Rasa bangga itu naluri,jgan dl qt bahas perkara smbng ato sok lah.sedikit sj kita di puji teman kita akan salting,jgn bhg kalo ada kbanggaan.itu yg sy maksud naluri.tapi ketika mas sadar saat itu pula anda sebenarnya tidak sombong.terus menulis pasti ada gunanya

    saya kudu belajar banyak nih dalam membedakan naluri, rasa, insting, dsb. sebab, salah saya menempatkan pemakaiannya, maka salah pula saya memaknainya. terima kasih, Bang. Insya Allah selama saya masih hobi, saya akan menekuni dunia tulis-menulis ini 🙂

  18. lafatah said: hehhehe… tapi, masalahnya, ntar kalo udah kiamat, hancur juga kan perpus, hancur juga dong buku-buku kita.

    utk sementara sblm kiamat itu aja dulu kali mas yg dilakukan huuh…kiamat mah hanya Allah yg tahu…huhuhu

  19. Waduhh…jadi panik deh…hehehe…banyak tulisan yg belum di back-up. Aku juga suka mikir bagaimana nasib buku2 yg belum di baca itu…hehehe.Hartaku di dunia ini selain anak dan keluarga tentu adalah buku dan tulisan2 ajaib yg tersebar di mana-mana…hihihihi. Apa kyk Dee aja…disimpan di dalam lemari khusus yg anti api?? Kalo soal kiamat??? Mudah2an sebelum kiamat atau mati sudah bisa menghasilkan karya…Amin.

  20. hehehe…bukan tujuan saya untuk membuat mbak panik. saya sendiri masih belum terpikir untuk mem-backup tulisan-tulisan saya. tapi, senada dengan doa mbak, semoga sebelum mati, kita bisa berkarya, tentunya bermanfaat bagi sesama :)Amiiin…

  21. Quick Note itu kayak What’s on Your Mind-nya FB. Buat bikin catatan pendek, singkat, bermanfaat (harusnya)..Amiiin… Moga kau lulus, bro!!!Ntar kabar-kabari lagi ya… 🙂

  22. lafatah said: Jika kiamat tiba, bagaimana nasib tulisan-tulisan saya???Ah, sangat tidak pantas saya bersombong diri.

    Adoooh, kenaaaa…Yuk perbaiki niat menulis…

Tinggalkan Balasan ke lafatah Batalkan balasan