Marischka Prudence: Dari Jurnalis ke Narablog Perjalanan

Prue di Delamore Lodge, Auckland

Prue di Delamore Lodge, Auckland

Penulis:

Lalu Abdul Fatah

            Kamu hobi jalan-jalan dan ingin menjadikannya sebagai ladang penghasilan? Ada banyak variasi cara. Mungkin apa yang ditempuh Marischka Prudence ini bisa kamu coba.

Marischka Prudence adalah mantan jurnalis di Metro TV. Perempuan yang akrab disapa Prue ini mengawali kariernya sebagai reporter hard news sejak 2008 hingga 2011. Materi liputannya beragam, mulai dari politik, bencana, hingga kasus nasional

Di stasiun TV yang sama pada 2012, ia ditunjuk membawakan program wisata bertajuk Travelista (nama sebelumnya, Archipelago). Selain karena keahlian di bidang jurnalistik, seperti menulis berita, pengoperasian kamera, penyiaran, juga penyuntingan video, ia dipilih memandu acara tersebut lebih karena keahliannya dalam menyelam. Keahlian yang ia dapatkan dari kursus menyelam di Scuba Schools International pada 2010.

Kendati ia menjadi host kurang dari setahun, namun Prue telah mengunjungi beragam destinasi di dalam maupun luar negeri, seperti: Bali, Lombok, Sumbawa, Makassar, Tarakan, Denmark, Italia, dan lain-lain.

Tidak lagi wara-wiri di layar kaca, ia pun beralih dan memfokuskan diri sebagai narablog perjalanan (travel blogger) dan penulis perjalanan paruh waktu (freelance travel writer) yang berbagi kisahnya melalui media sosial, internet, dan majalah. Sebab, bagi travel consultant Valadoo Indonesia ini, tulisan bersifat lebih tahan lama untuk dibaca dan dinikmati orang lain daripada tayangan televisi.

Pemilik blog http://www.marischka-prudence.com ini mengaku bahwa menjadi traveler bukan cita-citanya. “Saya selalu menyebut diri saya ‘terpeleset’ karena tidak pernah merencanakan akan jadi traveler seperti sekarang ini,” ujar perempuan kelahiran Bandung ini. “Saya ketagihan dan merasa menemukan bahwa ini memang ‘jalan’ saya. Untungnya semua pintu juga seakan dibukakan dan saya bisa terus berkecimpung di dunia traveling.”

Bagi Prue, jalan-jalan bukan sekadar untuk menikmati destinasi, tapi lebih pada perjalanan dan interaksi. “Yang paling saya suka adalah pengalaman baru yang terus datang. Bisa bertemu orang-orang melihat lokasi baru terus-menerus,” ujar adik dari Chantal Della Concetta ini.

Karier yang ditempuh Prue saat ini tidak bisa dikatakan benar-benar bertolak belakang dari jurusannya semasa kuliah. Perempuan kelahiran 27 Juli 1984 pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI angkatan 2002. Namun, tahun berikutnya ia pindah ke Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB. “Saya mencoba FSRD ITB dua kali, yang pertama gagal sehingga saya masuk ke FISIP UI,” akunya.

Selama di FSRD ITB, Prue menyukai semua mata kuliah praktik karena langsung membuat karya seni. Kendati semasa kuliah tidak pernah magang di bidang yang saat ini ia tekuni, tapi bungsu dari tiga bersaudara ini merasa bahwa latar belakang kuliahnya menjadi bekal yang berarti. “Saya malah lebih konsen menulis dibanding membuat karya seni rupa. Tapi, saya yakin kuliah seni saya dulu juga membantu mengasah sense of art saya. Dan itu berpengaruh pada rasa saat menulis,” ungkapnya.

Perempuan yang juga menyambi jadi moderator dan MC acara ini mengungkapkan kalau dirinya cenderung tidak aktif di organisasi selama kuliah. Tapi, ia senang jalan bersama teman-temannya dan berkenalan dengan orang-orang baru. “Dan itu tidak perlu dengan masuk di organisasi, meski dengan ikut organisasi tentunya positif,” tuturnya.

Ketekunannya belajar pun membuahkan hasil. Ia lulus pada 2007 dengan predikat cum laude. Prue menceritakan bahwa ia punya teman-teman yang rajin. Ia juga melihat kuliah bukan sebagai beban, tapi sebagai hal yang ia sukai. “Kalau kita suka dengan apa yang kita kerjakan, misalnya saya mengerjakan tugas sampai subuh dan hari itu mesti kuliah pagi, itu tidak jadi masalah karena saya suka dengan hal yang saya lakukan,” santai ia menguraikan. “Untuk seimbangkan waktu, saya sering pergi nongkrong dengan teman di sela-sela jam kuliah. Nongkrong tidak harus selalu sekelar pulang kuliah, kok!”

Seberapa penting IPK bagi Prue? “Banyak yang bilang IPK tidak penting, tapi sejujurnya di dunia kerja, saat kita pertama daftar, maka nilai IPK juga jadi pertimbangan. Sebaiknya ‘menabung’ IPK yang baik supaya saat pertama kali kita start bekerja lebih mudah. Bayangkan, nilai IPK itu akan seumur hidup menempel di ijazah kita, jadi usahakan setidaknya cukup bagus nilainya.

Prue juga berpendapat bahwa idealnya orang berkarier di bidang yang sejalan dengan jurusannya saat kuliah. “Tapi, dalam hidup kita hanya bisa berencana. Saya rasa hidup adalah serial dari titik-titik yang sebagian sudah digariskan. Kita bisa memilih titik tertentu yang kita lewati, tapi garis selanjutnya selalu jadi kejutan bagi kita sendiri. In my opinion, just enjoy it. Hal-hal di luar rencana kita terkadang jauh lebih indah dari rencana kita sendiri pada akhirnya,“ Spesialis media sosial ini berfilosofi.

Apa yang dipilih oleh Prue sebagai kariernya memang tampak menyenangkan. Siapa yang tidak suka menjadikan hobinya sebagai karier? Apalagi mendapat dukungan penuh dari orang-orang terdekat.

Prue pun demikian. Kariernya sebagai penulis paruh waktu di berbagai media, seperti Waspada Online, Iyaa.com, Elle Magazine Indonesia, Bali and Beyond Magazine, Media Wisata Magazine, serta Indonesia Dive Directory, didukung sangat positif oleh keluarganya. Lebih-lebih orangtuanya termasuk tipe yang sangat demokratis. Mereka selalu memberi hak pada Prue dan dua saudaranya untuk menentukan pilihan, memberi pertimbangan tanpa memaksa, serta menuntun untuk mandiri.

“Saya ingat saat SD, ayah saya mengajari saya naik angkot. Dan ia dengan kendaraan mengikuti angkot itu untuk menjaga saya. Ayah saya mengajari bagaimana jadi seseorang yang mandiri sejak awal tanpa mengabaikan faktor keselamatan,” kenang putri dari pasangan Gunawan Budi Suwandi dan Shirley Gandasasmita ini.

Prue melanjutkan, “Mereka mengajari saya toleran pada perbedaan. Orangtua saya selalu memotivasi saya untuk bisa melakukan berbagai macam hal sendiri tanpa jadi egois, dan bagi saya ini pelajaran penting. Ayah saya juga sangat disiplin soal waktu. Dulu saat saya kecil, ia tidak pernah telat membangunkan di pagi hari, dan soal waktu sangat membiasakan kami disiplin. Hingga sekarang kalau ada meeting atau apapun, sering kali saya datang lebih awal karena terbawa kebiasaan dari kecil itu.”

Perempuan yang bermoto hidup ‘Do what you love and you’ll love what you do’ ini masih menyimpan satu cita-cita. Ia pun kini sedang merintisnya. Apa itu? “Keliling Indonesia!”

Lalu, apa sih kiat sukses dari penerima penerima penghargaan ‘50 Creative Tourism Ambassador 2012’ dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia ini?

“Jangan memulai dengan tujuan mendapat uang. Saya memulai travel blogging dengan basis kecintaan saya pada traveling dan saya melakukannya bukan untuk uang, tapi semacam idealisme saya ingin berbagi. Jika nantinya bisa menghasilkan, itu adalah bonus dari mengerjakan apa yang kita cintai.”

Bagaimana? Kian tertarikkah kamu jadi traveler cum narablog perjalanan seperti Prue?

 

 

Catatan:

Tulisan ini telah dimuat di Rubrik Inspirasi Sarjana pada Kamis, 20 Juni 2013. Saya membuat naskahnya sebulan yang lalu, sebelum berangkat ke Karimunjawa. Saya kira akan dimuat beberapa hari setelahnya, tapi saya baru tahu kalau tulisan di Rubrik Inspirasi dimuat sebulan sekali.

Sebelum wawancarai Mbak Prue, saya cari tahu sebanyak mungkin tentang dia. Baik melalui tulisan-tulisan yang telah dibuat oleh media lain, juga dari blog dia sendiri. Tujuan saya jelas, biar bisa menemukan angle tulisan sekaligus memperkaya bahan tulisan. Kan nggak asyik kalau menanyakan kembali apa yang sudah jamak ditulis, ya kan?

Hal menyenangkan dari mewawancari Mbak Prue adalah ia amat responsif. Tampak sekali kegesitannya sebagai jurnalis dalam menjawab surel-surel saya. Aura ramah saya rasakan betul. Terlebih, ia pernah jadi juri Indonesia Travelers yang ikut menilai blog saya dan kiranya dia pula yang memilih saya dalam Top 10 Blogger di ajang tersebut, kendati saya tidak lolos. Setidaknya, telah ada ‘jembatan’ antara saya dengan Mbak Prue sebelumnya. Jadi, saya pun bisa santai menulis surel ke dia.

Jika ada yang bertanya, kenapa Mbak Prue yang saya angkat profilnya di Rubrik Inspirasi Sarjana?

Saya cuma berpikir bahwa ia sosok traveler cantik, pernah jadi jurnalis, dan beberapa waktu belakangan ini, saya cukup sering memantau blognya yang bikin siapa pun jadi waaaah… karena tulisan perjalanannya yang kontemplatif dan foto-fotonya yang ciamik! Saya kira, anak-anak muda akan bisa merasakan magnet seorang Mbak Prue! 🙂

Jadi, tak ada alasan untuk tidak segera menghubungi dia dan ia pun setuju.

Terima kasih pada Mbak Prue! 🙂

8 thoughts on “Marischka Prudence: Dari Jurnalis ke Narablog Perjalanan

Tinggalkan Balasan ke Lalu Abdul Fatah Batalkan balasan